Kaharuddin
Dosen Pendidikan Sosiologi
Unismuh Makassar
Dosen Pendidikan Sosiologi
Unismuh Makassar
Landasan kebijakan seorang pemimpin dalam ruang pemerintahan maupun organisasi lainnya perlu memiliki prinsip equilibrium yang didukung dengan rasio komunikatif. Dua aspek pemikiran kebijakan tersebut juga terletak pada figur itu sendiri, sehingga figur yang dibutuhkan oleh konsep equilibrium dan rasio komunikatif merupakan figur yang memiliki latar belakang akademisi dan begraon politik yang jelas.
Konsep kebijakan yang iquilibrium akan melahirkan keseimbangan pembangunan dalam artian pemerataan. Konsep equilibrium dalam kebijakan perlu didukung dengan prinsip rasio komunikatif. Rasio komunikatif dalam proses eksekusi kebijakan memiliki peranan yang fundamental, karena rasio instrumental merupakan jalan untuk memuluskan program, juga sebagai jalan untuk melibatkan masyarakat secara partisifatif kolektif.
Pemimpin yang mengedepankan rasio komunikatif dalam pengelolaan pemerintah dan organisasi akan menumbuhkan solidaritas sosial kerja, dampaknya akan menghilangkan sikap ketergantungan dalam bekerja. Oleh karena itu, seorang pemimpin mesti mengedepankan nilai rasio komunikatif dan sistem equilibrium, bukan rasio instrumental.
Konsep kepemimpinan yang perlu ditinggalkan oleh seorang pemimpin adalah rasio instrumental, karena rasio instrumental lebih mengedepakan kesuksesan individual dalam artian hanya bermain pada tujuan kepentingan personal. Rasio instrumental kecenderungannya lebih melihat masyarakat sebagai objek yang menyamakan orang dengan benda.
Pemikiran rasio instrumental cenderung banyak terjadi pada ruang modernisasi. Modernisasi dalam rasio instrumental lebih pada berpikir kelompok dan individual, pemikiran ini terjadi diawali pada masyarakat kota dan bahkan telah menjalar pada pemikiran pedesaan.
Penyebarang pemikiran rasio instrumental menjalar melalui medan politik dan doktrin politik. Kita pahami kalau doktrin politik lebih didominasi pada pemikiran pencarian jalan untuk mencapai suatu tujuan tertentu melalui strategi, sehingga semua cara bisa saja dilakukan. Dari perilaku itulah yang membuat pemikiran rasio instrumental menjadi bua pikiran di era modernisasi.
Dapat disimpulkan kalau kepemimpinan era modernisasi yang di perlukan disetiap daera merupakan pemimpin yang lahir dari akademisi yang juga memiliki begraon politik yang jelas. Pemimpin yang akademik dan politis akan lebih mudah masuk pada konsep pemikiran rasio komunikatif dan kebijakan equilibrium dalam kepemimpinan era modernisasi, dikatakan demikian karena mereka secara subtasi bergerak pada berpikir ilmia.
"KAHARUDDIN"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar